HOT
Pasbreak
No Result
View All Result
Pasbreak
No Result
View All Result

JATUH CINTAKAH SAYA?: PENCARIAN DEFINISI MENCINTAI

Latifah by Latifah
April 25, 2018
in RAYA
0 0
Home RAYA
0
SHARES
5
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Ini adalah pencarian definisi mencintai versi Ning. Ning adalah mahasiswa dan sahabat saya.

 

Laki-laki pertama yang Ning ceritakan kepada saya adalah yang kami temui di sebuah pelatihan. Laki-laki ini beda kampus dengan kami. Mulanya mereka sebatas chatting Senin-Kamis. Lewat sebulan, intensitasnya kian meningkat melebihi jadwal minum obat tiga kali sehari. Laki-laki pertama ini memiliki hobi yang kata Ning unik dan bikin penasaran setengah mati. Lain dengan saya yang justru langsung risih setengah hidup. Laki-laki pertama ini merupakan seorang penulis fiksi erotis di sebuah laman esek-esek terkenal –setidaknya begitu kata Ning. Hal ini diakui oleh sejumlah teman laki-laki kami yang suka membuka laman berbau seks.

Hampir separuh tahun mereka berkomunikasi. Rasa penasaran Ning diakuinya sudah berubah menjadi rasa sayang. Sayang kalau tidak memberi ucapan selamat pagi, makan, tidur, mandi, dan lainnya.

Tapi toh akhirnya hambar mulai mengikuti. Apalagi mereka baru sekali bertemu selama berkomunikasi intens. Pelan-pelan laki-laki pertama ini menghilang dari layar telepon Ning. Saat ditapaki jejaknya melalui seorang teman kampusnya, Ning mendapat kabar kalau laki-laki pertama ini sudah lama tidak terlihat. Berbulan-bulan berikutnya masih tidak ada kabar, rasa sayang Ning bubar.

Seiring berjalannya waktu, pencarian Ning tak berhenti. Kali ini laki-laki yang tidak asing dengan lingkungan Ning. Hubungan keduanya terjalin atas teori-teori dan buku-buku filsafat. Ning sangat senang seperti telah menemukan rekan berbagi yang lama dicarinya. Satu informasi penting tentang laki-laki kedua: dia seorang aktivis. Dan untuk Ning, letak keseksian seorang laki-laki ialah pada kepintaran dan keaktivisannya. Tak butuh waktu lama untuk Ning mengklaim bahwa dirinya jatuh cinta pada aktivis ini.

Ternyata pendekatan melalui ideologi, tak selamanya berhasil. Semakin banyak Ning membaca buku yang diberi oleh Sang Aktivis, justru membuat Ning memilih jalan yang berbeda dengannya. Lama kelamaan, Ning tidak menyukai tema buku yang disodorkan padanya. Dan gaya hidup si aktivis ini kemudian seperti terus menghimpitnya. Ning sesak. Mereka pun berhenti, dengan alibi yang amat diagung-agungkan Ning: pisah karena beda ideologi.

Kemudian Ning merumuskan kembali cintanya. Berkontemplasi, sekiranya laki-laki seperti apa yang sebenarnya ia cari untuk bisa mendefinisikan tentang cinta. Ning bertanya lagi kepada dirinya, apa cinta bisa berhenti? Apakah dirinya ibarat mobil yang bisa siapa saja naiki namun hanya orang terpilih yang bisa menyetirnya? Saat itu saya hanya menggeleng.

RelatedPosts

Balada Hubungan Tanpa Status

Jomblo dan Kepemimpinan

Mengapa Kita Mudah Jatuh CInta?

Sembari berpikir, pelan tapi pasti ada seseorang dari masa lalu Ning yang kembali ke permukaan. Laki-laki ketiga ini sebenarnya sudah lama Ning idamkan. Ning sendiri lupa apa alasan ia tertarik dengan laki-laki ketiga tersebut. Ning menyebutnya laki-laki musala, sebab tiap melihat wajahnya ia terbayang ubin musala yang dingin menenangkan. Belakangan mereka sering terlibat percakapan baik serius atau sekadar say hello. Ning berkali-kali memuji ketampanan laki-laki musala ini. Meski berkali-kali pula laki-laki musala tersebut menyisipkan anjuran berjilbab padanya dalam tiap pertemuan. Ning biasanya hanya merespon dengan senyuman.

Namun Ning ragu, apakah rasanya terhadap laki-laki musala ini dinamakan cinta? Kalau memang iya, lalu kenapa Ning sering kesal kalau laki-laki musala mulai mengkritik penampilannya? Bukankah kalau mencintai berarti mau melakukan apa saja demi yang dicintai?

 

Erich Fromm mengutip Karl Marx dalam bukunya bertajuk The Art Of Loving, “Cinta adalah kekuatan untuk melahirkan cinta”. Jika kita mencintai, tetapi tidak menjadikan diri kita pantas untuk dicintai, Marx menyebutnya sebagai cinta impoten atau mandul. Nah pertanyaan yang lantas muncul: bagaimana menjadi pantas dicintai?

Kita akrab dengan petuah anonim yang mengatakan: jangan jatuh cinta kalau tidak mau sakit. Diam-diam petuah ini yang menjadi penghalang terbesar kita untuk menyadari sudah atau belum kita jatuh cinta. Percayalah, bahwa logika petuah tersebut disanggah habis-habisan oleh Fromm.

Pada keseharian, kita kerap menyebut seorang “kaya” ialah dia yang terlihat memiliki banyak. Padahal secara psikologis, yang Fromm sebut “kaya” bukanlah yang mempunyai banyak, melainkan yang memberi banyak. Hanya perasaan orang miskin saja yang kemudian ketakutan kehabisan bila ia memberi.

Jadi, jawaban atas cara menjadi pantas untuk dicintai: mencintai. Begini rumus cinta dari Fromm,

“Cinta berarti memberikan apa yang hidup di dalam dirinya; kebahagiaan, minat, pemahaman, pengetahuan, kejenakaan, atau kesedihannya –semua ekspresi dan manifestasi dari apa yang hidup di dalam dirinya.

Dengan memberikan hidupnya, ia memperkaya orang lain. Ia tidak memberi untuk menerima; memberi pada dirinya sendiri merupakan kebahagiaan yang sangat indah. Namun, dalam memberi, ia tidak habis-habisnya mempersembahkan sesuatu ke dalam hidup orang lain, dan apa yang dipersembahkan pada kehidupan inilah yang memantul kembali kepada dirinya. Dengan memberi, berarti membuat orang lain menjadi pemberi juga dan mereka sama-sama berbagi kebahagiaan dengan apa yang mereka persembahkan pada kehidupan.“

Romantis sekali bukan? Tapi ini bukanlah suatu hal yang utopis. Selama kita percaya bahwa definisi bahagia bagi tiap orang itu berbeda. Begitupun cara mengekspresikannya. Jadi cobalah untuk tidak merendahkan harapan. Bukankah kodrat manusia itu untuk mencari?

Bila kita sudah menjalankan rumus dari Fromm –mencoba setulus mungkin, tapi masih saja tak semulus yang Fromm katakan, ada indikasi bahwa cintamu impoten. Kalau sudah dalam situasi seperti ini, ada baiknya beranjak. Karena bisa saja keinginan kita untuk bertahan atas cinta impoten adalah kuasa dari nafsu belaka. Adakah alasan lain untuk mencintai sekaligus tersakiti atau menyakiti?

 

Ning mengangguk. Sepulang kuliah nanti dia berencana meminjam buku The Art of Loving saya.

Comments

comments

Tags: definisierich frommkarl marxthe art of loving
Latifah

Latifah

status adalah otoritas pribadi, jangan dipolitisasi apalagi dikebiri!

Next Post
Mengapa Kita Mudah Jatuh CInta?

Mengapa Kita Mudah Jatuh CInta?

SUBSCRIBE

Update terbaru Projomblo langsung di email kamu



Situs yang mengampanyekan kebaikan-kebaikan jomblo dan menepis isu-isu negatif yang disematkan kepadanya, demi terwujudnya keseimbangan dalam dunia perasmaraan.
[tg_social_icons style="light" size="large"]
  • Tentang
  • Kontribusi
  • Kontak
  • Disclaimer
  • Privacy Policy

Dibuat dengan untuk Indonesia

  • MOTIVASI
  • TIPS
  • HUBUNGAN
  • FIKSI
  • JOMKLINIK

Dibuat dengan untuk Indonesia

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In